Manufaktur Indonesia Tunjukkan Sinyal Pemulihan di Tengah Lesunya Daya Beli

Patrazone.com – Kinerja sektor manufaktur Indonesia mulai menunjukkan tanda pemulihan meski tantangan pelemahan daya beli masih membayangi. Berdasarkan laporan S&P Global Purchasing Managers Index (PMI) Agustus 2025, sektor ini berhasil menembus level ekspansif di angka 51,5, naik signifikan dari posisi kontraksi 49,2 pada Juli lalu.

Ekonom S&P Global Market Intelligence, Usamah Bhatti, menjelaskan, “Ini kali pertama dalam lima bulan terakhir sektor manufaktur mencatat perbaikan di pertengahan triwulan ketiga, didorong oleh kenaikan output dan pesanan baru, terutama pesanan ekspor yang tumbuh tercepat hampir dua tahun.”


Produksi dan Pesanan Baru Naik, Stok Barang Jadi Berkurang

Ekspansi manufaktur Agustus didukung oleh peningkatan produksi dan volume pesanan baru. Seiring permintaan bertambah, perusahaan juga menaikkan pembelian bahan baku dan jumlah tenaga kerja. Namun, stok barang jadi menurun karena persediaan digunakan untuk memenuhi pesanan yang masuk.

Meski begitu, prospek bisnis manufaktur masih menjanjikan dengan tingkat optimisme yang terus meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, didukung harapan membaiknya kondisi ekonomi dan meningkatnya daya beli pelanggan.


Pengusaha Tekstil dan Industri Hulu Masih Tahan Ekspansi

Meski PMI menunjukkan sinyal positif, pengusaha di sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) masih enggan ekspansi. Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament (APSyFI), Redma Gita Wirawasta, menyebut utilisasi kapasitas masih di bawah 50 persen. Tekanan impor produk tekstil juga mempersempit ruang ekspansi, yang berdampak pada PHK besar-besaran pada 2023-2024.


Apindo Waspadai Pemulihan yang Belum Merata

Ketua Umum Apindo, Shinta W. Kamdani, mengingatkan bahwa angka PMI adalah indikator awal dan belum mencerminkan kondisi riil seluruh sektor manufaktur.

“Ekspansi ini masih tanda pemulihan awal, bukan jaminan semua masalah tuntas,” ujarnya.

Industri padat karya dan subsektor ekspor masih menghadapi tantangan besar, seperti biaya tinggi, ketidakpastian global, dan daya beli yang belum pulih.

Shinta juga menyoroti tantangan volatilitas rantai pasok dan nilai tukar rupiah yang fluktuatif, yang harus dikelola agar pemulihan bisa berlanjut. Dia menegaskan pentingnya dukungan stabilitas politik dan ekonomi untuk menguatkan kepercayaan investor.


Proyeksi Optimistis, Tapi Hati-hati

Laporan riset Samuel Sekuritas Indonesia (SSI) memperkirakan manufaktur akan terus membaik hingga akhir 2025. Faktor utama penggerak adalah permintaan ekspor yang kuat, konsumsi domestik yang meningkat, dan dukungan kebijakan pemerintah.

Namun, risiko seperti penguatan dolar AS, ketidakpastian permintaan global, dan gangguan rantai pasok masih perlu diwaspadai. Permintaan ekspor di sektor utama seperti nikel, minyak kelapa sawit (CPO), dan kendaraan listrik diharapkan mampu menstabilkan neraca perdagangan Indonesia.

Dari sisi domestik, pemulihan daya beli dan prospek belanja konsumen yang positif menjelang akhir tahun juga mendukung optimisme di sektor manufaktur.

Patrazone
Exit mobile version