Patrazone.com – Isu mengenai kondisi biologis Adolf Hitler kembali mencuat setelah sebuah dokumenter terbaru Channel 4, Hitler’s DNA: Blueprint of a Dictator, mengungkap temuan mengejutkan. Analisis DNA yang dilakukan tim peneliti memunculkan dugaan bahwa pemimpin Nazi itu bukan hanya memiliki satu testis, tetapi juga berpotensi mengalami mikropenis akibat kelainan genetik langka.
Dugaan Sindrom Kallmann dari Analisis DNA
Menurut laporan The Times, para peneliti menemukan indikasi bahwa Hitler kemungkinan mengidap sindrom Kallmann, sebuah gangguan genetik yang dapat menghambat perkembangan organ seksual serta menunda pubertas. Kondisi ini membuat peluang Hitler mengalami mikropenis sekitar 1 banding 10.
Secara medis, mikropenis didefinisikan sebagai penis dengan panjang kurang dari 2 inci atau sekitar 5 sentimeter.
“Kalau saja Hitler sempat melihat hasil genetiknya sendiri, mungkin ia akan langsung mengirim dirinya ke kamar gas,” ujar pemimpin penelitian, Profesor Turi King, seperti dikutip dari NY Post.
Sampel DNA dari Kain Berlumur Darah di Bunker Berlin
Studi ini menggunakan profil DNA yang diambil dari sepotong kain berlumuran darah, diduga berasal dari sofa tempat Hitler mengakhiri hidupnya di bunker Berlin pada 1945. Prof King menyebut genom sang diktator tampak “sangat biasa”, namun justru membuka kembali spekulasi lama terkait kemungkinan gangguan seksual.
Isu mengenai Hitler hanya memiliki satu testis sebelumnya muncul dalam laporan medis tahun 1923 yang kembali ditemukan pada 2015. Temuan terbaru ini menambah daftar panjang misteri medis seputar sosok yang menjadi tokoh sentral salah satu tragedi terbesar dalam sejarah dunia.
Penelitian Sarat Kontroversi
Prof Turi King, yang sebelumnya dikenal berkat keberhasilannya mengidentifikasi jenazah Raja Richard III, mengakui bahwa penelitian terhadap figur historis seperti Hitler kerap menjadi perdebatan. Ia sendiri sempat ragu untuk terlibat.
“Namun, jika riset seperti ini tidak dilakukan secara ilmiah dan terukur, justru ada risiko menempatkan Hitler pada posisi istimewa,” ujarnya.
Meski begitu, King menegaskan bahwa apa pun hasilnya, genetika tidak dapat dijadikan alasan atau pembenaran atas tindakan keji yang dilakukan Hitler.
