Patrazone.com – Polemik seputar penggunaan minyak babi dalam produk pangan kembali ramai diperbincangkan. Namun, menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), perhatian utama bukan terletak pada asal minyak, melainkan kandungan lemak jahat di dalamnya, khususnya lemak trans dan lemak jenuh.
“Kalau asalnya, apakah dari babi atau dari sawit, atau dari yang lainnya, itu kita tidak melihat dari sumber asalnya. Tapi yang penting adalah konsumsi lemak trans,” jelas dr Siti Nadia Tarmizi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes, kepada detikcom, Sabtu (31/5/2025).
🩺 Lemak Trans dan Lemak Jenuh, Musuh Diam-Diam bagi Jantung
Lemak trans dan lemak jenuh sudah lama dikenal sebagai pemicu berbagai masalah kesehatan, mulai dari peningkatan kadar kolesterol jahat (LDL) hingga gangguan metabolik.
“Yang penting itu hasil akhirnya. Kita tahu bahwa asam lemak trans bisa menimbulkan penyakit seperti jantung koroner,” lanjut dr Nadia.
Konsumsi lemak jenuh dalam jumlah berlebih—termasuk dari minyak babi—juga berperan besar dalam meningkatkan risiko stroke, serangan jantung, obesitas, dan penyakit metabolik lainnya.
❤️ Minyak Babi dan Risiko Aterosklerosis: Jantung Tak Lagi Bisa ‘Makan’
Dokter bedah jantung dan pembuluh darah, dr Bimo Kusumo, SpBTKV, turut menyoroti bahaya konsumsi lemak jenuh jangka panjang yang terkandung dalam minyak babi.
Menurutnya, lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol total dalam tubuh. Jika tidak dikendalikan, kolesterol tinggi bisa memicu aterosklerosis, yaitu penebalan atau pengerasan pembuluh darah akibat penumpukan plak.
“Biasanya kalau orang sakit jantung, penyebab utamanya aterosklerosis,” terang dr Bimo, Jumat (30/5/2025).
Kondisi ini menyebabkan jantung kekurangan pasokan darah dan nutrisi, yang pada akhirnya memicu pelemahan fungsi pompa jantung.
“Kalau jantung nggak dapat aliran darah, lama-lama bisa melebar dan membesar. Awalnya kuat memompa 100 persen, lama-lama menurun. Ujungnya bisa gagal jantung,” jelasnya lebih lanjut.
⚠️ Kemenkes: Bukan Soal Haram atau Halal, Tapi Dampak Kesehatan
Meskipun perdebatan soal halal dan haram sering menjadi sorotan, Kemenkes secara tegas menyatakan fokusnya pada dampak kesehatan lemak jenuh dan trans—bukan sumber bahan itu sendiri.
“Yang penting adalah batas konsumsi dari asam lemak tidak jenuh, itu yang harus diikuti,” tegas dr Nadia.
📌 Tips Mengurangi Risiko dari Lemak Jahat
Untuk menjaga kesehatan jantung, berikut langkah-langkah penting yang bisa Anda lakukan:
- Hindari konsumsi makanan tinggi lemak trans (seperti gorengan berulang kali pakai minyak yang sama)
- Kurangi makanan tinggi lemak jenuh, termasuk dari sumber hewani
- Pilih minyak sehat seperti minyak zaitun atau minyak kanola
- Rutin cek kadar kolesterol dan lakukan aktivitas fisik
- Konsumsi makanan tinggi serat dan antioksidan