Konsultasi

Waspada Varian COVID-19 ‘Nimbus’: Lebih Menular dan Tunjukkan Gejala Tak Biasa

Patrazone.com – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kini tengah mencermati kemunculan varian baru COVID-19 yang disebut NB.1.8.1 atau dikenal luas dengan nama varian ‘Nimbus’. Varian ini menjadi perhatian global karena menunjukkan peningkatan penyebaran dalam waktu singkat dan berpotensi lebih menular dibanding varian sebelumnya.

Hal tersebut diungkapkan oleh Prof Tjandra Yoga Aditama, mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, dalam pernyataan resminya, Kamis (12/6/2025).

“Mulai pertengahan April 2025, varian LP.8.1 mulai menurun dan digantikan oleh varian baru NB.1.8.1, atau yang kini dikenal sebagai varian ‘Nimbus’. WHO telah menetapkan varian ini sebagai **Variant Under Monitoring (VUM),” jelas Prof Tjandra.

Dalam klasifikasi WHO, VUM adalah kategori varian yang sedang diawasi karena berpotensi berkembang menjadi lebih serius, seperti Variant of Interest (VOI) atau Variant of Concern (VOC).


Mutasi di Spike Protein Bikin Lebih Menular

Secara genomik, varian Nimbus masih berkerabat dengan varian XDV.1.5.1 dan JN.1, namun memiliki mutasi penting yang membedakannya dari varian sebelumnya, LP.8.1.

Beberapa mutasi pada protein spike yang ditemukan antara lain:

  • T22N
  • F59S
  • G184S
  • A435S
  • V445H
  • T478I

Mutasi V445H disebut memperkuat keterikatan virus pada reseptor hACE2 di tubuh manusia, yang membuat varian ini lebih mudah menular.

Sementara itu, mutasi di posisi A435S dan T478I berpotensi menurunkan efektivitas antibodi, yang berarti virus bisa bertahan lebih lama di tubuh dan lolos dari sistem kekebalan.


Lonjakan Global: Dari Asia hingga Amerika

WHO mencatat hingga 18 Mei 2025, sudah ada 518 sekuens varian Nimbus yang terdeteksi di 22 negara. Proporsinya pun naik tajam, dari hanya 2,5 persen pada awal April, menjadi 10,7 persen secara global di pekan ke-17 (21–27 April 2025).

Lonjakan kasus yang berkaitan dengan varian Nimbus tercatat di Asia, Eropa, dan Amerika.

“Dengan tren ini, Indonesia perlu memperkuat surveilans genomik dan menguji pasien dengan gejala Severe Acute Respiratory Illness (SARI) serta 5 persen kasus Influenza-Like Illness (ILI),” ujar Prof Tjandra.

Ia juga merekomendasikan agar setiap hasil positif COVID-19 dari pasien SARI dikirimkan untuk pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) di laboratorium terakreditasi.


Gejala Varian Nimbus: Tak Biasa dan Lebih Menyakitkan

Mengutip laporan dari World Health Network, ada empat poin penting terkait varian Nimbus yang perlu diketahui masyarakat:

  1. Penularan lebih cepat dibandingkan varian COVID-19 sebelumnya.
  2. Gejala khasnya termasuk:
    • Sakit tenggorokan hebat seperti tersayat silet
    • Lemas
    • Batuk ringan
    • Demam
    • Nyeri otot
  3. Tingkat keparahan penyakit masih dalam kajian, namun beberapa laporan menunjukkan kasus rawat inap mulai meningkat.
  4. Muncul di musim panas, membuktikan bahwa penyebaran COVID-19 tidak hanya terjadi saat musim dingin.

Waspada, Bukan Panik

Meskipun belum masuk kategori varian yang mengkhawatirkan, WHO dan para ahli mendesak negara-negara untuk tidak lengah. Peningkatan proporsi varian ini perlu disikapi dengan penguatan deteksi dini, transparansi data, dan edukasi masyarakat.

“Kita harus waspada terhadap perkembangan varian ini, namun tetap tenang. Deteksi dini dan surveilans genomik adalah kunci menghadapi potensi gelombang baru,” tegas Prof Tjandra.


Langkah Pencegahan yang Tetap Relevan

Meski pandemi sudah melandai, prinsip dasar pencegahan COVID-19 masih sangat relevan, terutama dalam menghadapi varian baru seperti Nimbus:

  • Tetap gunakan masker di ruang publik tertutup
  • Cuci tangan secara rutin
  • Hindari kerumunan bila sedang tidak sehat
  • Segera lakukan tes bila muncul gejala
  • Lengkapi vaksinasi dan booster

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button