Makro

Pengusaha Mebel Indonesia Cemas Rantai Pasok Terancam Gangguan Akibat Konflik Iran-Israel

Patrazone.com — Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) menyatakan kekhawatiran atas eskalasi ketegangan antara Iran dan Israel yang melibatkan Amerika Serikat, karena potensi dampaknya terhadap kelancaran rantai pasok industri nasional.

Ketua Umum HIMKI, Abdul Sobur, menjelaskan bahwa konflik yang semakin memanas ini berisiko mengganggu jalur pelayaran internasional di kawasan Timur Tengah, Asia Tengah, dan sebagian Asia Timur. Kondisi tersebut berpotensi menghambat pengadaan bahan baku dan distribusi produk furnitur serta kerajinan Indonesia ke pasar global.


Ketergantungan Bahan Baku Impor Jadi Sorotan Utama

“Bahan baku penting bagi industri furnitur, seperti lem khusus, bahan finishing, dan komponen logam, masih banyak yang berasal dari luar negeri,” kata Sobur kepada Bisnis, Senin (23/6/2025).

Ketegangan geopolitik ini bisa menyebabkan perubahan rute pelayaran dan lonjakan biaya asuransi logistik, yang akhirnya mengganggu pengiriman barang.

Untuk mengantisipasi risiko tersebut, pelaku industri mulai mencari alternatif bahan lokal maupun regional dari ASEAN agar dapat menekan ketergantungan impor sekaligus mengurangi biaya produksi.


Kenaikan Biaya Logistik dan Energi Picu Kekhawatiran

Sobur juga menyoroti tren kenaikan biaya logistik global yang sudah mulai terasa. Jika konflik berlanjut, diperkirakan biaya pengapalan dan pengadaan bahan baku dapat melonjak hingga 15–20 persen, terutama terkait distribusi kontainer.

Tak hanya itu, harga energi yang sangat sensitif terhadap konflik Timur Tengah, khususnya minyak mentah dunia, bisa memicu fluktuasi besar pada biaya produksi. Kenaikan harga energi akan berdampak domino pada harga resin, plastik, logistik, dan bahan pendukung lain, sehingga meningkatkan ongkos produksi secara menyeluruh di industri mebel dan kerajinan.


HIMKI Siapkan Strategi Antisipasi: Diversifikasi Pasar dan Fokus Domestik

Sebagai langkah adaptasi, HIMKI mempersiapkan dua strategi utama. Pertama, melakukan diversifikasi pasar ekspor dengan mengincar negara-negara non-tradisional di Afrika, Asia Selatan, dan Eropa Timur.

Kedua, memperkuat pasar domestik agar dapat menjadi buffer jika ekspor melambat akibat ketegangan geopolitik atau kenaikan tarif yang memberatkan.

“Kami berharap dengan strategi ini, industri furnitur dan kerajinan nasional bisa tetap bertahan dan tumbuh di tengah situasi global yang penuh tantangan,” tutup Sobur.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button