Sains

AS Waspadai Serangan Siber Iran, Targetkan Sektor Keuangan dan Infrastruktur Vital

Patrazone.com – Pemerintah Amerika Serikat melalui Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) mengeluarkan peringatan serius terkait meningkatnya potensi serangan siber dari Iran, menyusul aksi militer AS terhadap fasilitas nuklir Iran akhir pekan lalu.

Dalam peringatan yang dikutip dari The Register, Selasa (24/6/2025), DHS menyebutkan bahwa ancaman berasal dari dua pihak: kelompok peretas pro-Iran (hacktivist) dan aktor siber yang didukung langsung oleh pemerintah Iran.

“Kelompok ini secara rutin menargetkan jaringan rentan dan perangkat terhubung ke internet di AS untuk melancarkan serangan siber yang mengganggu,” tulis DHS.

Iran Disebut Mampu Luncurkan Serangan Destruktif

Meski kemampuan teknis Iran dinilai masih terbatas, para analis keamanan memperingatkan bahwa negara tersebut memiliki kapasitas untuk melakukan serangan siber destruktif, termasuk penyebaran malware penghancur (wiper) dan serangan DDoS (Distributed Denial of Service).

James Turgal, mantan agen FBI yang kini menjabat sebagai Wakil Presiden di perusahaan keamanan siber Optiv, menyatakan bahwa Iran berpotensi menyerang sektor-sektor strategis seperti:

  • Situs pemerintah AS
  • Lembaga keuangan
  • Infrastruktur penting seperti pembangkit listrik dan instalasi pengolahan air

“Iran juga kemungkinan kembali menggunakan serangan DDoS. Kelompok peretas ‘313 Team’ bahkan mengklaim menyerang platform Truth Social hanya beberapa jam setelah serangan udara AS,” jelas Turgal.

Serangan Siber Iran Pernah Targetkan Sistem Air dan Bahan Bakar

Salah satu insiden paling menonjol terjadi pada 2023 ketika kelompok CyberAv3ngers, yang dikaitkan dengan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), berhasil membobol sistem air di AS. Mereka memanfaatkan kata sandi bawaan pada perangkat pengendali logika yang terhubung ke internet.

Kelompok yang sama juga melancarkan serangan terhadap sistem air dan bahan bakar di AS serta Israel, meski tidak menimbulkan kerusakan besar. Mereka hanya membagikan rekaman video klaim keberhasilan di kanal Telegram.

Disinformasi dan Deepfake Jadi Senjata Psikologis Baru

Tak hanya serangan teknis, Iran juga disebut aktif menjalankan kampanye disinformasi dan operasi psikologis digital, termasuk:

  • Penyebaran video propaganda deepfake
  • Perusakan situs web milik lembaga resmi
  • Manipulasi narasi melalui akun palsu di X (dulu Twitter) dan Telegram

Think tank Foundation for Defense of Democracies mengungkap bahwa Iran menyamar sebagai warga Israel dan menyebarkan konten dalam bahasa Ibrani yang ditujukan untuk menurunkan moral publik. Meskipun menargetkan Israel, strategi ini diperkirakan juga akan menyasar warga AS, mengingat 62% dari mereka mengandalkan media sosial sebagai sumber informasi utama.

“Platform media sosial akan dibanjiri narasi tandingan, misinformasi, dan disinformasi anti-Amerika,” lanjut Turgal.

Operasi Spionase Dunia Maya Terus Berlanjut

Selain gangguan digital terbuka, Iran juga diketahui terus menjalankan operasi spionase siber, yang menyasar:

  • Individu yang berkaitan dengan kebijakan luar negeri AS
  • Perusahaan telekomunikasi, maskapai, dan industri perhotelan

Menurut John Hultquist dari Google Threat Intelligence Group, kelompok siber Iran memanfaatkan teknik rekayasa sosial dan spear phishing untuk mengakses data sensitif, termasuk pergerakan dan aktivitas target.

Ancaman Fisik Tak Bisa Diabaikan

Yang mengkhawatirkan, DHS juga menyoroti bahwa beberapa aktor yang beroperasi atas nama Iran pernah terlibat dalam rencana pembunuhan terhadap warga AS, termasuk mantan Penasihat Keamanan Nasional John Bolton. Beberapa upaya tersebut berhasil digagalkan oleh aparat penegak hukum sejak tahun 2020.

DHS Imbau Lembaga dan Bisnis Tingkatkan Keamanan Siber

Mengingat potensi serangan yang makin kompleks dan menyebar, DHS mengimbau seluruh institusi—baik sektor publik maupun swasta—untuk segera:

  • Memperkuat sistem keamanan siber
  • Mengadopsi prosedur pencegahan layaknya menghadapi serangan ransomware
  • Meningkatkan kewaspadaan terhadap manipulasi sosial digital

“Meskipun skala serangan bisa jadi dilebih-lebihkan oleh pelaku, dampak langsung ke masing-masing institusi bisa sangat serius,” demikian peringatan resmi DHS.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button