Tegas! Taufik Hidayat: Pelatih Juga Bisa Didegradasi, Bukan Cuma Atlet

Patrazone.com – Wakil Ketua Umum I PBSI sekaligus Wakil Menteri Pemuda dan Olahraga, Taufik Hidayat, menegaskan bahwa kebijakan promosi dan degradasi di Pelatnas Cipayung tak hanya berlaku untuk para atlet bulu tangkis, tetapi juga menyasar para pelatih.
Kebijakan ini disebut sebagai bagian dari upaya menciptakan sistem yang sehat dan kompetitif dalam pembinaan olahraga nasional, terutama dalam menghadapi berbagai turnamen penting jelang Kejuaraan Dunia 2025.
“Berlaku buat pelatih juga, jadi jangan enak-enakan. Tapi tentu jangka waktunya berbeda-beda, enggak bisa disamaratakan,” ujar Taufik saat ditemui di Kantor Kemenpora, Jakarta, baru-baru ini.
Japan Open hingga Macau Open Jadi Tolak Ukur
PBSI menetapkan tiga turnamen internasional yang akan dijadikan acuan utama dalam evaluasi performa atlet dan pelatih, yaitu:
- Japan Open
- China Open
- Macau Open
Ketiganya digelar pada rentang waktu 15 Juli hingga 3 Agustus 2025, atau tepat sebelum Kejuaraan Dunia dimulai.
“Kalau target enggak tercapai, ya pasti ada sanksi. Tapi prosesnya jelas, enggak serta merta langsung diberhentikan,” jelas Taufik.
Pelatih Juga Bisa Kena Surat Peringatan
Taufik Hidayat menjelaskan bahwa pelatih juga akan melewati tahapan evaluasi dengan sistem Surat Peringatan (SP) 1, SP2, hingga SP3, sebelum akhirnya dinilai layak dipertahankan atau tidak.
“Kalau dia pegang pemain baru, ya harus dilihat dulu prosesnya. Masak langsung disuruh tembus turnamen level 500, 750, 1000? Ranking-nya saja belum ada,” ujarnya.
Dengan kata lain, PBSI tidak menerapkan sistem one-size-fits-all, melainkan menyesuaikan evaluasi berdasarkan progres pemain dan rekam jejak pelatih.
Chemistry Atlet dan Pelatih Jadi Kunci
Taufik juga menyoroti pentingnya kecocokan antara pemain dan pelatih sebagai salah satu faktor penting dalam pembinaan prestasi. Menurutnya, kerja sama tim (teamwork) adalah fondasi utama yang harus dibangun.
“Kalau enggak cocok ya susah juga. Masa satu pemain minta satu pelatih sendiri? Enggak bisa begitu. Harus bisa menyesuaikan,” katanya.
Mantan peraih medali emas Olimpiade Athena 2004 itu juga menekankan peran pelatih yang lebih dari sekadar memberi arahan teknik.
“Pelatih itu bukan cuma ngelatih. Tapi bisa jadi kakak, jadi orang tua, jadi psikolog juga. Kalau enggak cocok terus, ya enggak jalan. Nanti semua pemain maunya jadi bos,” ucap Taufik.
Reformasi di PBSI: Fokus pada Proses dan Target Jelas
Langkah tegas ini menjadi bagian dari reformasi internal PBSI di bawah kepemimpinan baru, yang ingin memastikan setiap orang dalam sistem memiliki tanggung jawab dan target yang jelas.
Evaluasi terhadap pelatih dan pemain akan dilakukan secara menyeluruh, adil, dan berbasis hasil, namun tetap memperhatikan konteks dan proses pembinaan.