Female

Kenali Multiple Sclerosis: Penyakit Autoimun yang Jarang Terdeteksi tapi Bisa Rusak Sistem Saraf

Patrazone.com – Multiple Sclerosis (MS) merupakan penyakit autoimun yang belum banyak dikenal di Indonesia, namun dampaknya bisa sangat serius. MS menyerang sistem saraf pusat dan dapat menyebabkan disabilitas permanen jika tidak ditangani secara tepat.

Data dari Multiple Sclerosis Federation Atlas of MS mencatat ada sekitar 160 kasus MS di Indonesia hingga tahun 2020, dengan prevalensi sekitar 1–5 kasus per 100.000 penduduk. Jumlah ini memang tergolong rendah, tetapi rendahnya tingkat kesadaran masyarakat membuat diagnosis sering kali terlambat dilakukan.


Apa Itu Multiple Sclerosis?

Menurut dr. Paulus Sugianto, Sp.N, dari Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (PERDOSSI), Multiple Sclerosis adalah kondisi autoimun yang menyerang sistem saraf pusat—terutama otak dan sumsum tulang belakang.

“Pada penderita MS, sistem imun tubuh menyerang lapisan pelindung serabut saraf yang disebut mielin,” jelasnya dalam keterangan resmi, Jumat (4/7/2025).

Kerusakan pada mielin ini menghambat jalannya sinyal antar sel saraf, sehingga menimbulkan berbagai gangguan fungsi tubuh, bahkan kerusakan permanen pada sistem saraf.


Gejala Multiple Sclerosis

Gejala MS sangat bervariasi tergantung area sistem saraf yang terdampak. Beberapa penderita hanya mengalami gejala ringan dan remisi (bebas gejala) dalam jangka panjang, sementara yang lain bisa kehilangan kemampuan berjalan atau bergerak sama sekali.

Gejala umum MS antara lain:

  • Mati rasa atau kesemutan
  • Sensasi sengatan listrik saat menunduk (Tanda Lhermitte)
  • Gangguan koordinasi dan keseimbangan
  • Kelemahan otot
  • Penglihatan kabur atau ganda
  • Nyeri saat menggerakkan mata
  • Vertigo (pusing seperti lingkungan berputar)
  • Kelelahan berlebihan
  • Gangguan fungsi seksual, kandung kemih, dan pencernaan
  • Sulit bicara dan berpikir jernih
  • Perubahan suasana hati dan memori

Faktor Risiko Multiple Sclerosis

Berikut sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena MS:

  1. Usia: Umumnya terjadi pada usia 20–40 tahun.
  2. Jenis kelamin: Wanita 2–3 kali lebih berisiko dibanding pria.
  3. Riwayat keluarga: Risiko meningkat jika memiliki anggota keluarga dengan MS.
  4. Infeksi virus tertentu: Termasuk virus Epstein-Barr.
  5. Ras dan etnis: Kulit putih dari Eropa Utara lebih rentan.
  6. Iklim: Lebih umum di wilayah beriklim sedang seperti Kanada, Eropa, dan bagian utara AS.
  7. Paparan sinar matahari dan vitamin D rendah.
  8. Obesitas, terutama sejak masa kanak-kanak.
  9. Penyakit autoimun lainnya: Termasuk diabetes tipe 1, penyakit tiroid, dan psoriasis.

Tidak Ada Obat, Tapi Bisa Dikendalikan

Hingga kini, belum ada obat untuk menyembuhkan MS. Namun, beberapa terapi medis dapat membantu:

  • Mempercepat pemulihan dari serangan
  • Memperlambat perkembangan penyakit
  • Mengelola gejala yang muncul

Kesadaran Masih Rendah, Penanganan Perlu Ditingkatkan

Dr. Paulus menambahkan bahwa di Indonesia, MS masih menghadapi berbagai tantangan dalam hal diagnosis dan akses penanganan yang memadai.

“Oleh karena itu, kolaborasi antara masyarakat, tenaga kesehatan, dan pemangku kepentingan menjadi sangat penting,” ujarnya.

Tak hanya pemerintah, sektor swasta juga didorong untuk ikut berperan melalui inovasi dan perluasan akses terapi MS yang merata.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button