Bastian Steel Kembali ke Layar Lebar Lewat Film “Selepas Tahlil”, Ungkap Tantangan Berbahasa Jawa

Patrazone.com — Aktor sekaligus musisi Bastian Steel kembali menghiasi layar lebar lewat film horor terbarunya berjudul Selepas Tahlil. Ini menjadi proyek film panjang pertamanya setelah vakum selama empat hingga lima tahun dari dunia perfilman.
“Pastinya senang sekali dan bersyukur bisa kembali akting di film layar lebar, karena memang sempat agak lama aku enggak syuting film, lebih banyak main di series dan lainnya,” ujar Bastian Steel saat ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (6/7/2025).
Dalam film garapan rumah produksi terbaru ini, Bastian memerankan tokoh bernama Yudhis—sebuah karakter yang menurutnya sangat berbeda dari peran-peran sebelumnya.
“Iya, kali ini aku main di genre horor, karakternya lebih serius dan banyak tantangan. Jadi ini pengalaman yang luar biasa buat aku,” lanjutnya.
Tantangan Berbahasa Jawa
Meski sudah cukup berpengalaman di dunia akting, Bastian mengaku mengalami tantangan tersendiri selama proses syuting Selepas Tahlil. Salah satunya adalah saat harus menggunakan dialog berbahasa Jawa.
“Awalnya aku pikir gampang, ya karena kita tinggal di Pulau Jawa. Tapi ternyata justru lebih rumit dari yang aku bayangkan,” ungkap aktor berusia 25 tahun itu.
Menurut Bastian, perbedaan logat antara Jawa Tengah dan Jawa Timur menjadi tantangan utama. “Mirip-mirip, tapi intonasinya beda banget. Jadi harus benar-benar belajar supaya enggak salah ucap,” tambahnya.
Sebelumnya, Bastian pernah membawakan logat dari berbagai daerah seperti Papua, Sulawesi, hingga Sumatera. Namun, ia menilai bahasa Jawa memiliki tingkat kesulitan tersendiri.
“Aku pernah belajar banyak logat, tapi yang paling susah justru Jawa. Karena nadanya rumit dan bisa beda makna kalau salah intonasi,” tuturnya.
Tayang 10 Juli 2025
Selepas Tahlil dibintangi sejumlah nama populer seperti Aghniny Haque, Epy Kusnandar, dan tentu saja Bastian Steel. Film ini dijadwalkan tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia mulai 10 Juli 2025.
Film ini menawarkan nuansa horor yang kental dengan elemen budaya lokal, menjanjikan pengalaman sinematik yang mencekam sekaligus penuh nilai tradisional.