Pengguna Aplikasi AI Tembus 691 Juta di Semester I-2025, Naik 128 Persen dalam Setahun

Patrazone.com – Popularitas teknologi kecerdasan buatan (AI) di dunia terus melesat tajam. Berbagai aplikasi berbasis AI kini makin diminati, seiring makin luasnya penggunaan teknologi ini di berbagai sektor.
Menurut laporan Business of Apps yang dikutip dari DataIndonesia.id, jumlah pengguna aplikasi AI secara global telah mencapai 691 juta pengguna pada semester I/2025. Angka ini melonjak 40,16% dibandingkan semester sebelumnya (493 juta pengguna), dan naik tajam 128,05% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya mencatatkan 303 juta pengguna.
ChatGPT Masih Jadi Aplikasi AI Paling Populer
Dari banyaknya aplikasi berbasis kecerdasan buatan, ChatGPT menjadi yang paling banyak digunakan secara global. Chatbot AI besutan OpenAI ini tercatat memiliki 400 juta pengguna aktif per Maret 2025.
Jumlah ini naik signifikan 33,33% dari Desember 2024 yang mencatat 300 juta pengguna. Pertumbuhan ini menunjukkan tingginya ketergantungan masyarakat global terhadap solusi AI dalam kehidupan sehari-hari maupun pekerjaan.
Pendapatan Aplikasi AI Diproyeksikan Tembus Rp2233 Triliun pada 2030
Seiring meningkatnya jumlah pengguna, nilai ekonomi dari aplikasi kecerdasan buatan pun mengalami lonjakan. Pada tahun 2024, pendapatan global dari aplikasi AI tercatat sebesar US$4,5 miliar.
Diproyeksikan pada tahun 2025, angka tersebut melonjak 204,44% menjadi US$13,7 miliar. Tren pertumbuhan pendapatan tiga digit ini diperkirakan akan terus terjadi hingga tahun 2026, sebelum melambat menjadi pertumbuhan dua digit hingga 2030.
Adapun pada 2030, total pendapatan aplikasi AI secara global diperkirakan mencapai US$156,9 miliar atau sekitar Rp2.233 triliun (dengan kurs Rp16.300 per dolar AS).
Indonesia Perlu Jadi Pemain, Bukan Sekadar Pasar AI
Di tengah euforia global terhadap AI, Indonesia juga berambisi besar untuk menjadi pemain utama dalam ekosistem teknologi ini. Presiden Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (KORIKA), Hammam Riza, menegaskan bahwa target Indonesia menjadi lima besar ekonomi dunia pada 2045 tidak bisa dicapai dengan pendekatan konvensional.
“Kita perlu menjadikan AI sebagai akselerator. AI dapat merevolusi semua sektor strategis dan membawa kita dari ekonomi berbasis efisiensi menuju ekonomi berbasis inovasi,” ujar Hammam dalam World AI Show Indonesia 2025 di Jakarta, Selasa (8/7/2025).
Berdasarkan proyeksi, kontribusi AI terhadap ekonomi Indonesia bisa mencapai US$366 miliar atau setara Rp5.965,8 triliun pada tahun 2030.
Namun, untuk mewujudkan hal tersebut, Hammam menegaskan pentingnya membangun kedaulatan digital. Ada empat tantangan utama yang perlu segera diatasi:
- Kesenjangan talenta digital
- Infrastruktur dan akses teknologi
- Keamanan dan privasi data
- Regulasi serta etika penggunaan AI
Indonesia Butuh 9 Juta Talenta Digital pada 2030
Saat ini, Indonesia masih kekurangan talenta digital. Dari kebutuhan 9 juta talenta digital hingga 2030, jumlah yang tersedia baru sekitar 200 ribu orang.
Anggota Satgas Nasional Pengembangan Talenta AI Indonesia, Ayu Purwarianti, turut menekankan pentingnya literasi AI bagi seluruh masyarakat.
“AI untuk semua berarti setiap orang, bahkan yang tidak menggunakan atau mengembangkan AI, tetap perlu memahami dasar-dasar teknologi ini. Mereka harus tahu potensi risikonya, seperti penipuan digital atau deepfake,” jelas Ayu.
AI Tumbuh Pesat, Indonesia Harus Siap Beradaptasi
Pertumbuhan pesat pengguna dan pendapatan aplikasi AI menandai awal dari era baru teknologi global. Namun, di balik lonjakan tersebut, Indonesia dihadapkan pada tantangan besar—baik dari sisi infrastruktur, regulasi, hingga sumber daya manusia.
Menjadi pasar saja tidak cukup. Indonesia perlu menjadi produsen dan inovator AI yang tangguh, jika ingin bersaing di panggung ekonomi global pada 2045.