iPhone Masuk Tanpa Pajak, Indef: Investasi Pabrik Gadget Bisa Lari

Patrazone.com – Rencana pembebasan bea masuk alias tarif 0 persen terhadap produk asal Amerika Serikat (AS) ke Indonesia menuai kritik tajam dari kalangan ekonom. Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai kebijakan ini berisiko merusak iklim investasi dan melemahkan komitmen pemerintah terhadap industrialisasi dalam negeri.
Menurut Peneliti Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Indef, Ahmad Heri Firdaus, kebijakan tersebut justru bisa memicu kecemburuan negara-negara mitra dagang lain yang selama ini sudah berinvestasi besar di Indonesia, seperti Korea Selatan dan Jepang.
“Kalau iPhone dari AS boleh masuk bebas bea, sementara Samsung yang sudah membangun pabrik di sini tetap kena pajak, lalu bagaimana kredibilitas pemerintah Indonesia di mata investor?” kata Heri dalam diskusi publik Indef secara daring, Senin (21/7/2025).
Kontraproduktif dengan Kebijakan TKDN
Kritik tajam juga disampaikan terkait dampak terhadap program Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang tengah digenjot pemerintah. Banyak sektor seperti alat kesehatan, gadget, dan perangkat teknologi saat ini sedang diarahkan untuk memperbesar porsi produksi dalam negeri.
“Kalau produk AS bebas masuk tanpa bea, lalu bagaimana upaya kita membangun industri nasional? Bukannya ini justru melemahkan semangat TKDN?” ucap Heri.
Risiko Ketergantungan Impor Teknologi
Heri menambahkan, selama ini Indonesia sudah sangat tergantung pada produk teknologi dari AS, baik dalam bentuk perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Dengan kebijakan 0% tarif, ketergantungan ini bisa semakin dalam.
“Pembebasan bea ini seolah memberi keistimewaan berlebih. Negara lain bisa merasa dianaktirikan. Nanti produsen Jepang, Korea yang sudah bangun pabrik di Indonesia bisa kecewa dan berpotensi hengkang,” tegasnya.
Negosiasi Ulang Dinilai Perlu
Indef mendorong agar pemerintah meninjau ulang atau melakukan renegosiasi atas rencana pembebasan bea masuk tersebut, khususnya terhadap produk-produk strategis yang saat ini sedang dalam proses hilirisasi di dalam negeri.
“Kita perlu selektif. Jangan sampai langkah ini justru membuka keran impor yang besar tanpa nilai tambah buat ekonomi nasional,” tuturnya.
Investasi Bisa Tersendat
Heri mengingatkan, apabila ketimpangan perlakuan ini terus terjadi, dikhawatirkan para investor yang selama ini berkomitmen membangun basis produksi lokal bisa kehilangan kepercayaan.
“Kalau kecewa dan hengkang, yang rugi ya kita sendiri. Pabrik pindah, tenaga kerja hilang, industri lokal melemah,” pungkasnya.