Konsultasi

Puasa 24 Jam, Ini yang Terjadi pada Tubuh

Patrazone.com – Puasa intermiten dengan metode eat-stop-eat atau tidak makan selama 24 jam penuh semakin populer di kalangan pelaku gaya hidup sehat. Metode ini dipercaya dapat membantu tubuh memasuki fase “perbaikan mendalam” sekaligus membakar cadangan energi secara optimal.

Namun, metode ini tidak cocok untuk semua orang. Sebelum mencoba, disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli gizi atau dokter agar aman dan sesuai dengan kondisi tubuh.

Apa yang Terjadi Saat Tubuh Berpuasa 24 Jam?

Dikutip dari Medical News Today, berikut ini tahapan reaksi tubuh selama menjalani puasa 24 jam:

  • Setelah 8 jam: Tubuh mulai menggunakan cadangan energi berupa glikogen, yakni bentuk karbohidrat yang tersimpan di hati dan otot, untuk menghasilkan energi.
  • Setelah 12 jam: Glikogen mulai menipis. Tubuh beralih ke mode mini-ketosis, yaitu memecah lemak menjadi asam lemak dan keton sebagai sumber energi alternatif.
  • Setelah 16 jam: Proses autofagi dimulai. Ini adalah mekanisme alami di mana tubuh membuang sel-sel rusak dan menggantinya dengan yang baru—semacam “detoks” internal.
  • Setelah 24 jam: Tubuh sepenuhnya menggunakan lemak sebagai bahan bakar utama, dan proses perbaikan sel berlangsung lebih intens.

Manfaat Puasa 24 Jam

Jika dilakukan dengan benar dan tidak berlebihan, puasa 24 jam dapat memberikan berbagai manfaat, seperti:

  • Menurunkan berat badan
  • Mengurangi kadar gula darah
  • Menekan risiko diabetes tipe 2
  • Meningkatkan sensitivitas insulin
  • Meningkatkan kesehatan jantung dengan menurunkan kadar kolesterol dan lemak darah

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa puasa berkala dapat membantu memperpanjang usia dan memperbaiki fungsi metabolisme tubuh.

Risiko Jika Tidak Dilakukan dengan Tepat

Meski terlihat menjanjikan, metode puasa ini memiliki potensi efek samping:

  • Gula darah rendah
  • Sakit kepala, pusing, atau lemas
  • Penurunan metabolisme jika dilakukan terlalu sering
  • Mode kelaparan, yakni kondisi ketika tubuh justru menyimpan lemak karena merasa “terancam” kekurangan energi

Terlebih bagi penderita penyakit tertentu seperti diabetes, gangguan makan, atau gangguan tiroid, puasa ekstrem justru bisa berbahaya.

author avatar
Patrazone

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button