Sains

Lulusan Apple Developer Academy Indonesia Ciptakan Aplikasi untuk Tunanetra hingga Anak dengan Gangguan Mata

Patrazone.com — Inovasi berbasis teknologi digital terus lahir dari tangan para lulusan Apple Developer Academy Indonesia. Tak hanya untuk kebutuhan komersial, sederet aplikasi yang mereka ciptakan juga menjawab tantangan sosial dan lingkungan yang nyata di tengah masyarakat.

Mentor Apple Developer Academy Bali, Ben Chandra, mengatakan alumni akademi ini telah menunjukkan kontribusi luar biasa di berbagai lini kehidupan. Bahkan, menurutnya, kontribusi tersebut berdampak besar bagi individu maupun komunitas.

“Beberapa mungkin terlihat besar, ada yang kecil, tapi semuanya berarti. Kami berkontribusi sesuai kapasitas kami,” ujar Ben, Jumat (29/8/2025).

Ben menuturkan banyak lulusan yang kini bekerja di perusahaan teknologi global hingga membangun aplikasi yang digunakan ribuan bahkan jutaan pengguna. Salah satu aplikasi yang lahir dari akademi ini adalah PetaNetra—sebuah solusi cerdas bagi penyandang tunanetra di ruang publik.

PetaNetra, Panduan Aman untuk Tunanetra

Co-Founder PetaNetra sekaligus alumni Apple Developer Academy, Yafonia Hutabarat, menyampaikan bahwa aplikasi ini lahir dari keprihatinan atas kondisi 14,3 juta tunanetra di Indonesia (data Bappenas 2022) yang masih minim akses terhadap fasilitas navigasi aman.

“Banyak guiding block di tempat umum malah membahayakan. Kami ingin tunanetra bisa mandiri, tanpa rasa takut saat berada di ruang publik,” ujarnya.

PetaNetra memanfaatkan augmented reality (AR) dan artificial intelligence (AI) untuk memandu pengguna melalui peta digital yang telah dipetakan sebelumnya. Lokasi seperti MRT, toilet, dan loket dijadikan patokan untuk menciptakan rute navigasi yang ramah difabel.

Aplikasi ini sudah diterapkan di Perpustakaan Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dan kini mulai digunakan di Taiwan, mencakup titik-titik di Bank SinoPac, National Cheng Kung University, dan kantor wali kota Tainan.

Chamelure, Aplikasi Terapi untuk Anak dengan Amblyopia

Selain PetaNetra, lulusan Apple Developer Academy juga menciptakan Chamelure, aplikasi terapi untuk anak yang menderita Amblyopia (mata malas). Aplikasi ini menggunakan kacamata 3D ala bioskop dan membantu melatih koordinasi mata sejak dini.

“Dengan permainan interaktif, anak-anak bisa menjalani terapi tanpa rasa bosan. Ini langkah pencegahan gangguan penglihatan jangka panjang,” kata mentor Ruanth Thÿssen.

Akademi Teknologi Inklusif dan Berdaya Sosial

Apple Developer Academy sendiri dirancang untuk mencetak pengembang aplikasi dan wirausahawan digital yang mampu menghadirkan solusi nyata bagi dunia. Program berdurasi 10 bulan ini membekali peserta dengan keterampilan menyeluruh—mulai dari coding, desain, hingga manajemen proyek.

Menggunakan metode pembelajaran berbasis tantangan (challenge-based learning), pelajar didorong menciptakan solusi atas masalah pribadi, lokal, hingga global secara inklusif.

Apple pertama kali membuka akademinya di Tangerang (2018), kemudian Surabaya (2019), Batam (2020), dan terbaru Bali (2025) bekerja sama dengan Universitas Bina Nusantara. Akademi Bali kini diikuti oleh 100 pelajar dari 32 kota di Indonesia, dan akan meluluskan angkatan pertamanya pada Desember 2025.

“Kami ingin mencetak pengembang yang bukan hanya ahli teknologi, tapi juga punya empati, dan mampu menciptakan perubahan,” tutup Ben.

author avatar
Patrazone

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button