Rupiah Melemah ke Rp16.738, Kadin: Industri Farmasi hingga Otomotif Paling Terdampak

Patrazone.com — Pelemahan nilai tukar rupiah yang kini menembus Rp16.738 per dolar AS menimbulkan kekhawatiran besar bagi sektor industri nasional. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyebut sejumlah sektor industri pengolahan nonmigas berisiko tertekan, terutama yang masih bergantung pada bahan baku impor.

Menurut Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perindustrian, Saleh Husin, tekanan paling besar dirasakan industri farmasi, elektronik, dan otomotif. Pasalnya, biaya impor bahan baku dan barang modal naik signifikan, yang berujung pada menyusutnya margin keuntungan.

“Sektor industri yang sangat bergantung pada bahan baku impor akan paling terdampak. Biaya produksi meningkat, sementara daya saing belum tentu ikut naik,” ujar Saleh kepada Kompas.com, Jumat (26/9/2025).


Tantangan Bisnis Akibat Volatilitas Rupiah

Saleh menambahkan, fluktuasi rupiah juga menyulitkan pengusaha dalam menyusun perencanaan bisnis jangka menengah hingga panjang. Ketidakpastian kurs memaksa pelaku industri untuk wait and see, sembari menimbang potensi penyesuaian harga atau efisiensi produksi.

Meski begitu, ada peluang terselip dalam krisis ini. Sektor berorientasi ekspor dinilai lebih kompetitif karena harga produk Indonesia jadi relatif lebih murah di pasar global. Namun tetap dibutuhkan strategi tepat untuk bisa memaksimalkan potensi tersebut.


Kadin Minta Pemerintah & BI Perkuat Koordinasi

Menghadapi kondisi ini, Kadin mendorong pemerintah dan Bank Indonesia (BI) agar menjaga stabilitas nilai tukar melalui:

“Langkah struktural seperti hilirisasi industri, digitalisasi proses bisnis, dan efisiensi produksi menjadi penting agar tidak terus bergantung pada bahan baku impor,” jelas Saleh.


Strategi Dunia Usaha: Diversifikasi, Hedging, & Efisiensi

Pelaku usaha juga tengah menyiapkan strategi internal untuk menanggulangi dampak melemahnya rupiah. Mulai dari diversifikasi sumber bahan baku, penerapan strategi lindung nilai (hedging), hingga efisiensi operasional.

“Perusahaan juga akan memperluas pasar ekspor dan mempercepat transformasi digital untuk meningkatkan produktivitas,” ujarnya.


Sarman Simanjorang: Jangan Sampai Rupiah Jauh dari Asumsi APBN

Senada dengan Saleh, Wakil Ketua Umum Kadin, Sarman Simanjorang, menyatakan bahwa nilai tukar rupiah yang telah jauh meninggalkan asumsi APBN 2025 sebesar Rp16.000 per dolar AS harus menjadi alarm bagi pemerintah.

“Jika berlarut-larut, ini akan memperlemah daya beli masyarakat, membebani utang luar negeri, dan mengganggu transaksi impor, terutama bahan baku industri,” tegasnya.

Menurut Sarman, pengusaha menunggu kejelasan arah kurs ke depan. Jika pelemahan bersifat jangka panjang, maka penyesuaian harga produk atau pengurangan ukuran produksi mungkin tak terhindarkan.


Perlu Aksi Cepat Stabilkan Kurs

Dalam situasi yang kian menekan dunia usaha, Kadin menekankan pentingnya koordinasi antar-otoritas untuk menghindari dampak lanjutan terhadap ekonomi nasional. Penguatan fundamental ekonomi, pengurangan ketergantungan impor, dan pengembangan ekspor menjadi kunci menghadapi ketidakpastian nilai tukar.

Patrazone
Exit mobile version