Target Pertumbuhan Ekonomi 8% Ala Prabowo Dinilai Sulit Tercapai, Ini Sebabnya

Patrazone.com – Lembaga riset ekonomi global, BMI Research, menyebut target pertumbuhan ekonomi 8 persen yang digaungkan Presiden RI Prabowo Subianto bakal sulit dicapai. Dalam laporannya yang dikutip dari Bloomberg, Jumat (26/9/2025), BMI memperkirakan produk domestik bruto (PDB) Indonesia hanya akan tumbuh rata-rata 4,8 persen hingga 2034.

Prediksi tersebut jauh di bawah ambisi ekonomi yang dicanangkan Prabowo, dan bahkan lebih rendah dibanding rerata pertumbuhan 5,1 persen dalam satu dekade terakhir di luar periode pandemi.


Tiga Tantangan Utama

BMI mengidentifikasi tiga faktor utama yang dinilai akan menghambat laju ekonomi Indonesia:

  1. Tekanan Eksternal dari AS dan China
    Kenaikan tarif impor Amerika Serikat dan banjir produk murah dari China disebut memperlemah daya saing industri domestik, terutama sektor padat karya seperti garmen. Hal ini berpotensi memicu PHK massal, yang berdampak pada konsumsi dan investasi.
  2. Pelemahan Sektor Manufaktur
    Tidak seperti negara-negara Asia lainnya yang bertumpu pada ekspor manufaktur, Indonesia dianggap gagal membangun basis industri yang kuat. Sektor manufaktur justru menunjukkan tren menyusut dalam beberapa tahun terakhir.
  3. Risiko Politik dan Ketidakpastian Kebijakan
    BMI juga menyoroti perluasan peran militer dalam pemerintahan di bawah kepemimpinan Prabowo. Gejolak sosial akibat tingginya biaya hidup dan potensi belanja negara yang berlebihan dinilai dapat menurunkan kepercayaan investor.

“Faktor-faktor tersebut, ditambah ketidakpastian geopolitik global, berpotensi menggerus kepercayaan investor dan memperlambat pertumbuhan investasi jangka panjang,” tulis BMI.


Indonesia Masih Terjebak di Kelas Menengah?

Dalam laporan yang sama, PDB per kapita Indonesia diperkirakan hanya mencapai sekitar US$7.070 pada 2034, yang berarti Indonesia akan tetap berada di kategori negara berpendapatan menengah atas (upper middle income) berdasarkan klasifikasi Bank Dunia.

Pemerintah sendiri menargetkan Indonesia bisa masuk kategori negara berpendapatan tinggi pada 2045, sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045. Namun, prediksi BMI ini memberi sinyal bahwa perjalanan menuju status negara maju masih panjang dan penuh tantangan.


Ekonomi Digital vs Padat Karya

Pemerintah saat ini gencar mendorong ekonomi digital sebagai sumber pertumbuhan baru. Namun, muncul kekhawatiran bahwa transformasi ini bisa mengorbankan sektor padat karya tradisional yang selama ini menyerap tenaga kerja besar.

Tingginya tingkat pengangguran muda juga menjadi catatan kritis yang disebutkan BMI sebagai ancaman jangka panjang terhadap kestabilan sosial dan ekonomi.

Patrazone
Exit mobile version