Keuangan

Purbaya Kritis ke Danantara: Utang Kereta Cepat, Dividen BUMN, hingga Investasi SBN

Patrazone.com – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa kembali melontarkan kritik pedas terhadap Danantara Indonesia—lembaga pengelola investasi dan saham BUMN—seputar sejumlah kebijakan strategis. Mulai dari utang proyek kereta cepat hingga pemanfaatan dividen BUMN, Purbaya menegaskan bahwa APBN tidak seharusnya ikut menanggung beban.


Dari Kewenangan Baru hingga Beban Utang BUMN

Sejak disahkannya UU BUMN baru, Danantara mengambil alih pengelolaan perusahaan negara yang sebelumnya berada di bawah Kementerian BUMN. Modal BUMN berupa PMN kini dianggap sebagai kekayaan BUMN, bukan aset negara yang terpisah. Dividen BUMN pun tidak lagi masuk ke APBN, melainkan disetorkan ke Danantara.

Dalam rapat dewan pengawas Danantara baru-baru ini, Purbaya menegaskan bahwa APBN tidak ikut tanggung utang Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB / Whoosh). Menurutnya, berdasarkan perjanjian pembiayaan dengan kreditor (misalnya China Development Bank), tidak ada klausul yang mewajibkan pemerintah ikut membayar utang. Yang krusial, kata Purbaya, adalah struktur pembayarannya harus jelas.

“Dividen BUMN kalau Rp 90 triliun itu, sudah cukup untuk menutupi Rp 2 triliun pembayaran tahunan.”


Kritik atas Cara “Menabung di SBN”

Purbaya juga mengkritik keputusan Danantara yang menginvestasikan sebagian besar dividen ke Surat Berharga Negara (SBN). Ia mempertanyakan: “Keahlian Anda apa?” Apalagi menurut Pandu Sjahrir (CIO Danantara), investasi ke SBN dilakukan karena pasar obligasi lebih likuid dalam waktu singkat.

Pandu menyebut bahwa saat ini pasar saham domestik belum cukup likuid—rata-rata nilai transaksi harian sekitar US$ 1 miliar—sementara Danantara butuh pasar publik yang lebih dalam agar dapat berinvestasi secara signifikan.


🏗️ Proyek Strategis: Pro dan Tantangan

Di tengah kritik, Danantara juga sudah menjejak ke sektor strategis: akan meluncurkan proyek waste-to-power (limbah menjadi energi) minimal delapan lokasi sebelum akhir Oktober 2025.
Selain itu, mereka bersinergi dengan perusahaan China GEM untuk membangun hub pengolahan nikel di Indonesia, dalam rangka memperkuat industri baterai dan kendaraan listrik.

Keluar dari sekadar “tabungan di SBN”, langkah ke proyek nyata ini bisa menjadi ujian apakah Danantara memang bisa menjalankan fungsi investornya secara agresif dan produktif.


Catatan Positif & Tantangan ke Depan

AspekCatatan & Tantangan
Konsolidasi BUMNDanantara sudah menunjuk dua holding operasional dan investasi untuk memperkuat struktur internal BUMN.
Pemisahan RisikoCOO Danantara menyatakan bahwa risiko pengelolaan BUMN dan investasi sudah dipisahkan dalam struktur holding mereka.
Aset Dalam Jangka PanjangKritik bahwa hanya mengandalkan dividen — tidak semua BUMN sehat, dan modal likuid terbatas.
author avatar
Patrazone

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button