Patrazone.com – Samsung Foundry, divisi manufaktur chip dari raksasa teknologi Korea Selatan Samsung Electronics, resmi mengamankan kontrak penting untuk memproduksi chip semikonduktor 8nm yang akan digunakan dalam sistem pengemudian otonom milik Hyundai Motor Company.
Langkah ini menandai titik balik bagi Samsung di tengah persaingan ketat dengan TSMC dan menjadi angin segar bagi divisi chip perusahaan yang sempat mengalami tekanan dalam beberapa tahun terakhir.
Samsung Susul Apple dan Tesla
Dengan kontrak baru ini, Hyundai bergabung bersama perusahaan besar seperti Apple dan Tesla, yang telah lebih dahulu menjalin kerja sama teknologi dengan Samsung.
Menurut laporan ZDNet Korea, Samsung akan memproduksi chip 8 nanometer (nm) untuk sistem pengemudian otonom yang dikembangkan langsung oleh Hyundai. Produksi massal chip ini ditargetkan dimulai pada tahun 2030, sementara pengembangannya dijadwalkan rampung pada 2028.
Chip tersebut akan dipasang di berbagai lini mobil milik Hyundai, termasuk Genesis, Hyundai, dan Kia.
Kenapa Pilih 8nm?
Meski teknologi 5nm lebih baru, Hyundai memilih 8nm karena alasan efisiensi biaya. Chip 8nm menawarkan keseimbangan antara performa dan harga, sekaligus memungkinkan penggunaan pada kendaraan massal, bukan hanya mobil premium.
Secara teknis, chip 8nm menggunakan jarak antar-transistor sebesar 8 nanometer, menjadikannya lebih hemat daya hingga 10% dibanding chip 10nm dan 14nm. Ini menjadikan chip tidak mudah panas, lebih tahan lama, dan cocok untuk penggunaan intensif seperti sistem otonom di kendaraan.
Samsung Agresif Bidik Pasar Otomotif & AI
Kerja sama ini juga mencerminkan langkah strategis Samsung untuk diversifikasi pasar, terutama setelah kehilangan beberapa klien besar seperti Qualcomm dan Nvidia, yang kini lebih memilih rival utama mereka, TSMC.
Samsung kini sedang gencar mengejar kontrak dari berbagai perusahaan teknologi dan otomotif, termasuk:
- Preferred Networks
- Rebellions
- Tenstorrent
- Valens Semiconductor
- Hyundai
- Tesla
Perusahaan bahkan telah mengirimkan sampel chip 2nm ke Qualcomm. Jika disetujui, chip tersebut bisa mulai diproduksi massal tahun depan untuk lini smartphone Galaxy.
Kinerja Belum Stabil, Tapi Optimisme Meningkat
Meski ada gebrakan besar di sektor otomotif dan AI, kinerja Samsung secara keseluruhan belum sepenuhnya pulih.
Pada Juli 2025 lalu, Samsung Electronics dilaporkan mengalami penurunan laba operasi hingga 39% pada kuartal kedua, menjadi sekitar US$4,62 miliar (setara Rp75 triliun). Ini merupakan level terendah dalam enam kuartal terakhir.
Salah satu tantangan utamanya adalah lambatnya proses sertifikasi chip HBM3E oleh Nvidia. Selain itu, pembatasan penjualan ke China masih berdampak terhadap pendapatan Samsung dari sektor chip memori berteknologi tinggi.
Sebaliknya, pesaing seperti SK Hynix dan Micron justru mencatat pertumbuhan signifikan karena lonjakan permintaan chip memori untuk AI.
Kontrak besar dengan Hyundai bisa menjadi titik balik penting bagi Samsung Foundry dalam rebut kembali pangsa pasar global dari tangan TSMC. Dengan menargetkan sektor otomotif dan kecerdasan buatan yang terus berkembang, Samsung berusaha membuktikan bahwa mereka masih menjadi pemain utama dalam industri semikonduktor dunia.