Perubahan Iklim Ancam Kesehatan Reproduksi, Ini Penjelasan Ahli

Patrazone.com – Perubahan iklim dan kerusakan lingkungan hidup tak hanya berdampak pada kondisi bumi, tetapi juga berpengaruh besar terhadap kesehatan reproduksi, baik pada pria maupun wanita.
Ema Sismadi, bidan dari Lembaga Kesehatan Budi Kemuliaan, menjelaskan bahwa dampak seperti cuaca ekstrem, bencana alam, wabah penyakit, kekeringan, hingga erosi infrastruktur kesehatan turut memicu lonjakan masalah kesuburan dan infeksi menular seksual (IMS).
“Semua faktor yang terkait perubahan iklim itu berperan langsung maupun tidak langsung terhadap kesehatan seksual dan reproduksi manusia,” ujar Ema dalam sebuah diskusi publik di Jakarta Utara, Sabtu (7/6/2025).
Suhu Bumi Naik, Tingkat Kesuburan Turun
Menurut Ema, salah satu dampak paling nyata dari perubahan iklim adalah peningkatan suhu global. Kenaikan suhu bahkan satu derajat Celsius saja, kata dia, bisa memengaruhi viabilitas ovum (sel telur) dan kualitas sperma.
“Kondisi ini sangat signifikan terhadap peluang kehamilan. Panas ekstrem berpengaruh terhadap sistem reproduksi pria dan wanita, termasuk produksi hormon, ovulasi, dan proses pembuahan,” jelasnya.
Paparan Polutan Picu Gangguan Kesuburan
Lebih lanjut, pencemaran lingkungan akibat limbah industri dan polutan juga disebut berperan besar dalam menurunkan kesehatan reproduksi masyarakat.
Ema mencontohkan sebuah kasus di Jepang yang disebabkan oleh paparan logam berat seperti kadmium dari limbah pabrik, yang kemudian dikaitkan dengan gangguan pertumbuhan pada remaja dan komplikasi kehamilan.
“Jika paparan terhadap polutan terjadi secara terus-menerus, ini dapat menimbulkan gangguan hormonal, mutasi sel, dan pada jangka panjang bisa menyebabkan infertilitas,” katanya.
Dampak Tak Langsung: Gizi Buruk hingga Gangguan Mental
Perubahan iklim juga menciptakan dampak tidak langsung terhadap kesehatan reproduksi. Lingkungan yang rusak menyebabkan turunnya akses terhadap pangan bergizi, layanan kesehatan, dan dukungan psikologis.
“Kondisi gizi yang buruk, stres karena bencana, dan trauma lingkungan bisa mengganggu siklus menstruasi, menurunkan libido, hingga meningkatkan risiko komplikasi kehamilan,” imbuhnya.
Selain itu, bencana alam juga kerap memicu peningkatan kekerasan berbasis gender serta penyebaran IMS, karena akses terhadap kontrasepsi dan layanan kesehatan seksual menjadi sangat terbatas.
Ajakan Jadi Agen Perubahan Lingkungan
Untuk menjawab tantangan ini, Ema menegaskan pentingnya kesadaran kolektif dan aksi berkelanjutan, terutama di kalangan generasi muda.
“Kaum muda harus siap menjadi agen perubahan. Pendidikan lingkungan sejak dini penting agar tumbuh perilaku yang lebih bertanggung jawab terhadap bumi dan kesehatan,” tutupnya.