Dari Dapur ke Langit: Unhas dan University of Hawai‘i Kembangkan Kemiri Jadi Bahan Bakar Pesawat Ramah Lingkungan

Patrazone.com — Siapa sangka, kemiri yang selama ini dikenal sebagai bumbu dapur, kini menjelma menjadi bahan bakar masa depan. Melalui kolaborasi riset antara Universitas Hasanuddin (Unhas) dan University of Hawai‘i, kemiri dikembangkan sebagai Sustainable Aviation Fuel (SAF), atau bahan bakar ramah lingkungan untuk pesawat terbang.
Inovasi ini diungkapkan dalam kunjungan delegasi University of Hawai‘i ke Makassar pada April 2025 lalu. Terobosan ini menandai babak baru dalam pemanfaatan energi terbarukan berbasis sumber daya lokal di Indonesia.
Kemiri: Dari Tanaman Liar Menjadi Energi Penerbangan
Kemiri, atau Aleurites moluccanus, bukan hanya tumbuh melimpah di kawasan tropis seperti Sulawesi, tapi juga mengandung 60–70 persen minyak nabati, yang dapat diolah menjadi bioavtur — alternatif bahan bakar fosil untuk sektor penerbangan.
Menurut Prof. Scott Q. Turn dari Hawaii Natural Energy Institute, riset ini bukan hanya soal efisiensi energi, melainkan mencerminkan komitmen terhadap kemandirian energi nasional dan keberlanjutan ekosistem.
“Ini adalah langkah nyata menuju energi bersih yang tak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memperkuat ketahanan energi lokal,” ujarnya.
Manfaat Ganda: Energi, Ekologi, dan Ekonomi
Kemiri memiliki siklus hidup panjang dan mampu tumbuh di lahan marginal, yang berarti tidak akan mengganggu produksi pangan nasional. Selain itu, pohon kemiri berperan penting dalam konservasi tanah dan air, menjadikannya ideal untuk kawasan hutan atau pertanian terpadu.
Wendy Aritenang, peneliti dari Unhas, menekankan pentingnya pendekatan lintas sektor dalam memanfaatkan kemiri.
“Ini bukan hanya bahan bakar. Ini adalah tentang bagaimana pertanian, kehutanan, dan energi terbarukan bisa terintegrasi dalam satu solusi berkelanjutan,” jelas Wendy.
Langkah Nyata: Penanaman Kemiri di Hutan Pendidikan Unhas
Sebagai tindak lanjut riset, Unhas dan University of Hawai‘i merencanakan penanaman kemiri di kawasan Hutan Pendidikan Unhas. Kawasan ini akan dijadikan laboratorium hidup untuk mengeksplorasi lebih jauh potensi kemiri sebagai bioenergi.
Rektor Unhas, Prof. Jamaluddin Jompa, menyambut baik kerja sama ini dan menyebutnya sebagai bentuk kontribusi nyata akademisi dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan transisi energi bersih.
“Riset ini tidak berhenti di laboratorium. Kami ingin hasilnya menyentuh masyarakat, memberikan nilai tambah ekonomi, sekaligus menjaga lingkungan,” tegasnya.
Masa Depan Energi Hijau Ada di Tanah Sendiri
Di tengah krisis iklim global dan tekanan untuk mengurangi emisi karbon, pengembangan Sustainable Aviation Fuel dari kemiri bisa menjadi solusi strategis bagi Indonesia. Terlebih, sektor penerbangan merupakan salah satu penyumbang emisi karbon terbesar.
Dengan dukungan riset, kebijakan, dan kemitraan internasional, Indonesia berpeluang besar memimpin pengembangan bahan bakar penerbangan hijau dari sumber daya lokal.
Dari dapur ke langit, kemiri kini bukan sekadar bumbu, melainkan simbol masa depan energi bersih dan berdaulat yang lahir dari bumi nusantara.