Male

Hati-Hati, Patah Hati Bisa Sebabkan Kematian: Pria Ternyata Lebih Berisiko!

Patrazone.com – Tak sekadar ungkapan dramatis, patah hati ternyata bisa benar-benar mematikan. Dalam dunia medis, kondisi ini dikenal sebagai Takotsubo Cardiomyopathy (TC) atau “sindrom patah hati”, yaitu gangguan jantung akut yang disebabkan oleh stres fisik atau emosional ekstrem.

Sebuah studi terbaru dari University of Arizona, AS, meneliti 199.890 pasien antara tahun 2016 hingga 2020 dan menemukan bahwa insiden TC mengalami sedikit peningkatan, dengan risiko kematian dan komplikasi yang tergolong tinggi, terutama pada pria.


Sindrom Patah Hati Takotsubo, Apa Itu?

Takotsubo Cardiomyopathy adalah kondisi ketika otot jantung melemah secara tiba-tiba akibat lonjakan hormon stres seperti adrenalin. Ini bisa dipicu oleh peristiwa emosional seperti putus cinta, perceraian, atau kematian orang terkasih, maupun kondisi fisik seperti infeksi berat atau pasca operasi.

Gejala TC sering menyerupai serangan jantung, seperti nyeri dada dan sesak napas, sehingga rentan keliru didiagnosis.


Data Studi: Pria Lebih Berisiko Meninggal karena TC

Dalam studi yang dipublikasikan di Journal of the American Heart Association, ditemukan bahwa meskipun TC lebih sering terjadi pada wanita, tingkat kematian pria justru dua kali lipat lebih tinggi:

  • 11,2% pria yang mengalami TC meninggal dunia
  • Dibandingkan dengan 5,5% pada wanita
  • Rata-rata kematian total mencapai 6,5%

Hal ini diperkirakan karena stres fisik sebagai pemicu TC lebih banyak dialami pria, serta adanya perbedaan hormon dan respon tubuh terhadap stres antar gender.


Komplikasi TC yang Perlu Diwaspadai

TC bukan hanya soal sakit hati biasa. Komplikasi yang mungkin timbul bisa cukup serius dan mengancam jiwa, di antaranya:

  • Gagal jantung kongestif – 35,9%
  • Fibrilasi atrium – 20,7%
  • Syok kardiogenik – 6,6%
  • Stroke – 5,3%
  • Henti jantung mendadak – 3,4%

Diagnosis Dini dan Pengobatan Jadi Kunci

Ahli jantung intervensional, Dr. M. Reza Movahed, menyatakan bahwa banyak kasus TC sebenarnya bisa dicegah komplikasinya jika dideteksi lebih awal. Misalnya, pemberian obat pengencer darah pada pasien dengan gangguan irama jantung (fibrilasi atrium) dapat mengurangi risiko stroke embolik.

“Diagnosis yang akurat dan penanganan sejak awal bisa menyelamatkan nyawa,” jelasnya.


Patah Hati Tak Bisa Diremehkan

Meski tak semua kasus TC disebabkan oleh putus cinta, kehilangan orang terdekat sangat berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan mental seseorang. Stres ekstrem dapat membebani jantung hingga tidak mampu lagi bekerja optimal.

Penelitian ini mengingatkan bahwa dukungan emosional dan pemulihan psikologis penting untuk mencegah efek kesehatan yang lebih serius.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button