Makro

Indef Peringatkan: Konflik Iran–Israel Bisa Tekan Ekspor RI, Biaya Logistik Melonjak

Patrazone.com – Ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel dinilai berpotensi memberikan dampak serius terhadap ekspor Indonesia, terutama ke kawasan Timur Tengah dan Eropa. Hal ini disampaikan oleh Institute for Development of Economics and Finance (Indef) yang memperingatkan bahwa konflik militer tersebut bisa menekan daya saing produk ekspor nasional akibat lonjakan biaya logistik dan energi.

Peneliti Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Indef, Ahmad Heri Firdaus, menjelaskan bahwa kawasan Timur Tengah memiliki posisi strategis sebagai jalur utama perdagangan global, khususnya dalam pengiriman barang dari Asia menuju Eropa melalui Selat Hormuz.

“Kalau Selat Hormuz terganggu, ekspor Indonesia ke Timur Tengah dan Eropa bisa terdampak langsung. Logistik jadi mahal dan pasokan pun terhambat,” ujar Heri dalam diskusi publik daring, Minggu (29/6/2025).

Bukan Sekadar Masalah Minyak, Ini Dampak Nyata bagi Ekspor RI

Meskipun kontribusi ekspor Indonesia ke Timur Tengah hanya sekitar 4,6% dari total ekspor nasional, Heri menekankan bahwa dampak tidak langsung dari konflik tetap perlu diwaspadai. Kawasan tersebut merupakan hub logistik penting yang menghubungkan pasar Asia, Eropa, dan Afrika.

Gangguan di wilayah tersebut dapat membuat jalur ekspor melalui Teluk dan Laut Merah terhambat, yang pada akhirnya akan meningkatkan biaya pengapalan dan asuransi. Kondisi ini bisa menurunkan daya saing produk ekspor, khususnya dari sektor manufaktur, makanan olahan, serta industri kimia dan besi baja.

“Biaya logistik yang meningkat membuat produk kita tidak lagi kompetitif, terutama untuk sektor-sektor ekspor unggulan,” katanya.

Simulasi GTAP: Konflik Iran–Israel Bisa Tekan Ekspor RI secara Luas

Menggunakan model ekonomi Global Trade Analysis Project (GTAP), Indef mensimulasikan skenario perang berkepanjangan antara Iran dan Israel. Hasilnya menunjukkan bahwa lonjakan harga energi dan logistik akan meningkatkan biaya input produksi, yang kemudian berujung pada penurunan ekspor ke sejumlah negara mitra dagang utama seperti China, India, dan Jepang.

“Kalau mitra dagang utama kita terganggu ekspornya ke Timur Tengah, permintaan terhadap barang dari Indonesia bisa ikut turun,” jelas Heri.

Indef Rekomendasikan 4 Strategi Redam Dampak Konflik

Untuk mengantisipasi risiko penurunan ekspor, Indef merekomendasikan empat langkah strategis yang dapat diambil pemerintah dalam jangka pendek:

  1. Menjaga stabilitas harga BBM dan LPG
    Agar inflasi dan biaya produksi tetap terkendali bagi pelaku usaha.
  2. Diversifikasi pasar ekspor
    Menjajaki pasar-pasar alternatif di luar kawasan konflik melalui kerja sama bilateral baru.
  3. Diversifikasi rantai pasok industri
    Mengurangi ketergantungan industri terhadap jalur distribusi di Timur Tengah.
  4. Identifikasi sektor terdampak secara akurat
    Untuk pemberian insentif fiskal yang tepat sasaran, khususnya pada sektor padat ekspor.

“Kalau tidak disiapkan dari sekarang, potensi penurunan ekspor bisa menghambat pemulihan ekonomi nasional,” tegas Heri.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button