Investasi Rp37 Triliun Damac Bangun Data Center, Indonesia Kian Dilirik Investor Global

Patrazone.com – Masuknya raksasa properti asal Dubai, Damac, ke pasar infrastruktur digital Indonesia menjadi sinyal kuat bahwa sektor ini makin menarik di mata investor global. Damac mengumumkan rencana pembangunan pusat data berbasis AI (AI-ready data center) di Indonesia dengan nilai investasi fantastis, mencapai Rp37 triliun.
Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), langkah Damac menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam ekosistem digital, dan mampu bersaing dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Pasar Data Center RI Semakin Dilirik Dunia
Sekretaris Umum APJII, Zulfadly Syam, mengatakan kehadiran pemain global seperti Damac memberikan sinyal positif bagi iklim investasi di sektor data center Indonesia.
“Kehadiran Damac dan pemain asing lainnya menandakan bahwa iklim investasi infrastruktur digital Indonesia sudah kompetitif,” ujarnya kepada Kompas.com, Rabu (2/7/2025).
Zulfadly menilai bahwa meskipun kompetisi di pasar ini akan meningkat, namun potensi pasar Indonesia masih sangat luas dan belum jenuh. “Industri data center di Indonesia masih terus berkembang sebagai enabler utama transformasi digital nasional,” tambahnya.
Tiga Pilar Penting dalam Pembangunan Data Center
Namun, Zulfadly mengingatkan bahwa data center tidak bisa berdiri sendiri. Ada tiga komponen penting yang harus diperhatikan:
- Lahan yang memadai
- Pasokan listrik yang stabil dan terjangkau
- Permintaan (demand) pasar yang berkelanjutan
“Selama ketiga komponen itu masih tersedia, maka kebutuhan terhadap pembangunan data center akan terus berjalan,” ujarnya.
RI Masih Tertinggal dari Malaysia & Singapura
Meski memiliki jumlah penduduk dan potensi pasar lebih besar, Indonesia masih tertinggal dari sisi jumlah fasilitas data center. Berdasarkan laporan Structure Research dan Cushman & Wakefield, jumlah data center di Indonesia pada 2024 tercatat 430 fasilitas, jauh di bawah:
- Malaysia: 532 fasilitas
- Singapura: 717 fasilitas
Hambatan: Regulasi, Listrik, dan Ekosistem
Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Data Center Indonesia (IDPRO), Hendra Kusuma, menyebut lambatnya pertumbuhan data center disebabkan oleh hambatan struktural seperti regulasi yang kompleks, biaya listrik tinggi, dan ekosistem yang belum matang.
“Proses perizinan masih memakan waktu, terutama untuk pembangunan data center hyperscale,” kata Hendra.
Sebagai perbandingan, Malaysia mampu menarik investasi besar karena menawarkan insentif listrik sekitar 8 sen dolar per kWh, serta kemudahan perizinan dan ketersediaan lahan luas.
Butuh 3 Gigawatt Listrik dan 100 Data Center Baru
Untuk mendukung ekonomi digital secara maksimal, Hendra memperkirakan Indonesia akan membutuhkan sekitar 3 gigawatt daya listrik khusus untuk sektor data center. Itu setara dengan kebutuhan pembangunan 100 fasilitas baru dalam 100 tahun ke depan.
“Kalau kita ingin menerapkan prinsip kedaulatan digital (digital sovereignty), maka seharusnya lebih banyak data center global memilih Indonesia sebagai lokasi utama,” tambahnya.
Momentum Emas Bangun Fondasi Digital
Dengan masuknya Damac, Indonesia memasuki era baru investasi digital, namun tantangannya masih cukup besar. Diperlukan sinergi antara regulasi yang adaptif, dukungan energi berkelanjutan, dan pembangunan ekosistem digital yang inklusif agar sektor ini benar-benar menjadi pilar transformasi ekonomi nasional.