Properti

Maybank Sekuritas: Saham Properti Masih Menarik, End User Jadi Penopang

Patrazone.com – Sektor properti nasional dinilai masih menyimpan prospek cerah sepanjang 2025, terutama berkat permintaan kuat dari pembeli end user. Maybank Sekuritas Indonesia merekomendasikan “buy” terhadap sejumlah saham properti dengan valuasi yang dinilai masih menarik.

Analis Maybank Sekuritas Kevin Halim menjelaskan bahwa pencapaian pre-sales emiten properti di kuartal I/2025 menunjukkan performa yang sehat, di tengah bayang-bayang ketidakpastian ekonomi global.

“Peraihan pre-sales emiten properti pada Kuartal I/2025 masih menunjukkan performa yang sehat, terutama karena permintaan dari pembeli end-user,” ujar Kevin dalam keterangan kepada media, Sabtu (12/7/2025).

Empat Emiten Direkomendasikan

Maybank Sekuritas memberikan rekomendasi beli (buy) untuk empat saham properti unggulan:

  • PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) – Target harga: Rp1.200
  • PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) – Target harga: Rp1.300
  • PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON) – Target harga: Rp580
  • PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA) – Target harga: Rp630

Menurut Kevin, valuasi saham-saham properti saat ini berada di kisaran 5–7 kali price to earnings (P/E) FY25E, dan masih diperdagangkan dengan diskon 70–85 persen terhadap revised net asset value (RNAV).

“Valuasi saat ini tergolong menarik, apalagi jika dibandingkan dengan emiten properti regional seperti Thailand, Filipina, Malaysia, atau Singapura,” tambahnya.

CTRA dan PWON Paling Menonjol

Saham CTRA disebut menjadi pilihan utama karena:

  • Konsistensi pencapaian pre-sales
  • Efisiensi skema joint operation
  • Momentum pertumbuhan laba yang kuat hingga akhir tahun

Sementara PWON dinilai unggul berkat kontribusi pendapatan berulang (recurring income) dari sektor sewa properti dan rencana ekspansi yang terarah.

Katalis dan Risiko

Lebih lanjut, Kevin menyebut ada dua sisi katalis utama:

  • Positif: Potensi penurunan suku bunga BI yang bisa meningkatkan likuiditas dan daya beli masyarakat.
  • Negatif: Risiko pelemahan penjualan akibat ketidakpastian ekonomi global dan potensi kenaikan suku bunga KPR.

Sebagai perbandingan, pasar properti di Filipina tengah menghadapi tekanan akibat kelebihan pasokan kondominium dan eksodus POGO (Philippines Offshore Gaming Operators), yang memukul sektor sewa ruang kantor. Sementara itu, Malaysia dan Singapura cenderung memiliki valuasi lebih tinggi karena dominasi skema Real Estate Investment Trust (REITs).

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button