Musik

Fenomena Sound Horeg: Hiburan Merakyat atau Gangguan yang Meresahkan?

Patrazone.com – Fenomena sound horeg kian menjamur di berbagai pelosok daerah, terutama di Jawa. Awalnya hanya hadir sebagai pengiring kemeriahan karnaval Hari Kemerdekaan setiap bulan Agustus, kini sound system berdaya besar ini semakin sering digelar atas permintaan masyarakat.

Namun, di balik dentuman musik dan suasana “bergoyang” yang ditawarkan, sound horeg menuai kontra dari berbagai kalangan. Tak sedikit yang menyebutnya lebih banyak mudarat daripada manfaat.


Asal-usul Istilah “Horeg”

Kata “horeg” sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti “goyang”. Sesuai namanya, dentuman suara dari sound system raksasa ini memang bisa membuat tubuh ikut bergoyang. Tak heran jika sound horeg menjadi favorit sebagai hiburan rakyat saat acara desa, sunatan, ulang tahun, hingga hajatan pernikahan.

Namun, intensitas penggunaannya yang semakin sering — bahkan nyaris tanpa batas waktu dan tempat — menimbulkan persoalan baru.


Fatwa Haram MUI Jawa Timur

Popularitas sound horeg yang melesat ini mendapat sorotan tajam dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur. Pada 18 Juli 2025, MUI resmi mengeluarkan fatwa haram atas penggunaan sound horeg yang dianggap melanggar norma dan syariat.

“Ketika penggunaan sound horeg sudah berlebihan, merusak fasilitas umum, mempertontonkan tarian erotis, dan memicu keributan, maka wajar jika MUI mengeluarkan fatwa haram,” kata Puguh Wiji Pamungkas, anggota Komisi E DPRD Jawa Timur, dikutip dari Antara.


Antara Joget Massal dan Norma Sosial

Puguh menjelaskan, kekhawatiran utama bukan semata pada volumenya yang memekakkan telinga, melainkan pada nilai moral yang ditampilkan dalam pertunjukan tersebut.

“Banyak laporan menampilkan jogetan laki-laki dan perempuan secara bebas di depan umum, bahkan disaksikan anak-anak. Ini sudah keluar dari norma kesusilaan,” tegasnya.

Dalam beberapa kasus, kericuhan, kerusakan fasilitas publik, hingga gangguan lingkungan warga menjadi konsekuensi langsung dari acara sound horeg yang tidak terkendali.


Hiburan Rakyat yang Butuh Regulasi

Meski demikian, tak sedikit warga yang menyebut sound horeg sebagai hiburan rakyat murah meriah. Di tengah keterbatasan akses ke ruang seni dan budaya, banyak yang merasa bahwa sound horeg menjadi satu-satunya sarana rekreasi dan ekspresi warga desa.

Namun, sejumlah pihak menilai bahwa jika dibiarkan tanpa regulasi yang tegas, maka sound horeg akan menjadi bom waktu yang mengancam ketertiban dan nilai sosial.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button