Jenazah Teridentifikasi dengan Luka Berat di Gaza: Seruan untuk Komisi Investigasi Internasional

Patrazone.com – Di tengah gencatan senjata yang rapuh di Jalur Gaza, sebuah babak baru penderitaan muncul: jenazah warga Palestina yang tak bisa dikenali karena siksaan berat. Pemerintah Gaza dan organisasi HAM menyerukan pembentukan komite investigasi internasional independen, guna mengusut dugaan pencurian organ dan perlakuan brutal terhadap jenazah.
Bukti yang Terungkap: Luka, Tanda Siksaan, dan Hambatan Identifikasi
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, mereka telah menerima jenazah-jenazah dari Israel—sekitar 45 jenazah baru-baru ini—yang menunjukkan tanda-tanda penyiksaan. Beberapa mayat ditemukan dengan tangan terborgol, mata ditutup, bahkan bekas luka roda tank, serta luka tembak jarak dekat.
Hingga 120 jenazah telah diserahkan, namun hanya enam yang berhasil diidentifikasi melalui Palang Merah. Sisa jenazah yang tidak bisa dikenali pun kemudian dikuburkan setelah jangka waktu tertentu karena keterbatasan fasilitas.
Pihak medis Gaza menyebut bahwa prosedur identifikasi terganggu oleh keterbatasan alat forensik, termasuk ketidaktersediaan tes genetik, serta hambatan dari Israel dalam memberikan data kode genetik jenazah.
Tuduhan Genosida & Pelanggaran HAM
Pengacara HAM Al Mezan, Samir Manama, menegaskan bahwa jenazah yang tidak bisa dikenali adalah bentuk terbaru dari genosida yang dilakukan di Gaza. Ia mencatat bahwa Israel telah menahan puluhan hingga ratusan jenazah sejak konflik memuncak.
Dalam tradisi hukum perang, Konvensi Jenewa Keempat mensyaratkan agar tempat, waktu, dan penyebab kematian dicatat, serta data lain yang memudahkan keluarga mengidentifikasi jenazah. Manama menegaskan bahwa Israel harus bertanggung jawab atas praktik penghilangan paksa dan penahanan jenazah.
Reaksi Dunia & Upaya Identifikasi
Organisasi kesehatan dan kemanusiaan menyoroti tantangan besar dalam repatriasi jenazah dan identifikasi. ICRC menyebut bahwa pemulangan dan pengembalian jenazah korban menjadi proses berat karena kehancuran pasukan tempur, puing-puing, dan kondisi jenazah yang terurai.
Sementara itu, konflik terus membayangi gencatan senjata: pertukaran jenazah menjadi salah satu titik paling sensitif dalam negoisasi.