Rapor Ekonomi Setahun Pemerintahan Prabowo: Lebih Baik dari Jokowi, Masih Tertinggal dari SBY

Patrazone.com – Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto akan memasuki usia satu tahun pada 20 Oktober 2025. Di tengah target ambisius pertumbuhan ekonomi 8%, rapor ekonomi tahun pertama pemerintahannya menunjukkan hasil yang beragam jika dibandingkan dengan dua presiden pendahulu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo (Jokowi).
Tren Pertumbuhan Ekonomi 1 Tahun Prabowo
Setelah resmi menjabat pada 20 Oktober 2024, pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tiga kuartal pertama pemerintahan Prabowo relatif stabil di angka sekitar 5%. Detailnya sebagai berikut:
- Kuartal IV/2024: 5,02% YoY
- Kuartal I/2025: 4,87% YoY
- Kuartal II/2025: 5,12% YoY
Rata-rata pertumbuhan 5% ini sedikit lebih baik dari kinerja Jokowi pada periode yang sama, yang mencatat rata-rata 4,8%, namun masih jauh di bawah capaian SBY yang mencapai 6,18%.
Perbandingan dengan Jokowi dan SBY
- Jokowi (2014-2015):
Kuartal IV/2014: 5,01% YoY
Kuartal I/2015: 4,71% YoY
Kuartal II/2015: 4,67% YoY
Rata-rata: 4,8% - SBY (2004-2005):
Kuartal IV/2004: 6,65% YoY
Kuartal I/2005: 6,35% YoY
Kuartal II/2005: 5,54% YoY
Rata-rata: 6,18%
Apa Kata Para Pengamat?
Ekonom LPEM FEB UI, Teuku Riefky, menilai capaian 5,12% pada kuartal II/2025 masih jauh dari target dan belum didukung kebijakan yang efektif untuk mempercepat pertumbuhan menuju 8%. Ia mengingatkan pemerintah agar mengurangi misalokasi fiskal dan memperbaiki kualitas institusi agar anggaran lebih tepat sasaran.
“Mempertahankan angka 5% saja saat ini sudah sulit,” ujarnya kepada Bisnis.com, Sabtu (18/10/2025).
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indef, Esther Sri Astuti, menekankan perlunya Indonesia keluar dari ketergantungan konsumsi rumah tangga dan mengandalkan ekspor serta investasi untuk mencapai target tinggi. Dia mengingatkan soal jebakan middle income trap yang sudah menghantui Indonesia sejak 1993.
Strategi Dorong Ekspor dan Investasi
Esther menyarankan diversifikasi produk dan pasar sebagai kunci memperkuat ekspor, termasuk pengembangan industri kreatif. Selama ini, Indonesia masih sangat bergantung pada komoditas seperti sawit, batu bara, dan karet.
Pemerintah juga harus agresif membuka pasar ekspor baru di luar mitra utama saat ini, China dan AS.
Tantangan Penciptaan Lapangan Kerja
Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menyoroti lemahnya penciptaan lapangan kerja selama satu tahun terakhir meski konsumsi rumah tangga mulai membaik.
“Semua indikator terkait penciptaan lapangan kerja melemah, mulai dari partisipasi tenaga kerja hingga persepsi masyarakat terhadap ketersediaan pekerjaan,” ujarnya.
Catatan Akhir
Dengan posisi saat ini, pertumbuhan ekonomi tahun pertama Prabowo memang mengungguli Jokowi, tetapi masih perlu dorongan signifikan agar bisa mendekati atau melampaui pencapaian era SBY. Reformasi institusi, pengelolaan fiskal, dan strategi investasi-ekspor menjadi kunci ke depan.